
Darwis "Tere-Liye", Nama yang ku kenal pertama kali saat membaca Novel Bidadari-Bidadari Surga. Novel yang sungguh indah.
"Saat yang lain buncah oleh perasaan entahlah. Semua perasaan ini.... Saat itulah cahaya indah memesona itu turun membungkus lembah. Sekali lagi. Seperti sejuta pelangi jika kalian bisa melihatnya. Disambut lenguhan penguasa Gunung Kendeng yang terdengar di kejauhan. Kelepak elang yang melengking sedih.
Bagai parade sejuta kupu-kupu bersayap kaca.
Menerobos atap rumah, turun dari langit-langit kamar, lantas mengambang di atas ranjang.
Lembut menjemput.
Kak Laisa tersenyum untuk selamanya. Kembali.
Senja itu, seorang bidadari sudah kembali di tempat terbaiknya
Bergabung dengan bidadari-bidadari surga lainnya.
Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al Waqiah: 22). Pelupuk mata
bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi
cantik jelita. (Ar Rahman: 70). Suara Mamak berkata lembut saat kisah itu diceritakan
pertama kali terngiang di langit-langit ruangan: bidadari-bidadari surga, seolah-olah
adalah telur yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49)....
Pada sebuah artikel blog aku juga pernah membaca, dalam sebuah worksop menulis, Bg Darwis pernah membagi tips dan poin penting dalam menulis, sebagaimana yang dirangkum dalam ringkasan dibawah ini:
"Saat yang lain buncah oleh perasaan entahlah. Semua perasaan ini.... Saat itulah cahaya indah memesona itu turun membungkus lembah. Sekali lagi. Seperti sejuta pelangi jika kalian bisa melihatnya. Disambut lenguhan penguasa Gunung Kendeng yang terdengar di kejauhan. Kelepak elang yang melengking sedih.
Bagai parade sejuta kupu-kupu bersayap kaca.
Menerobos atap rumah, turun dari langit-langit kamar, lantas mengambang di atas ranjang.
Lembut menjemput.
Kak Laisa tersenyum untuk selamanya. Kembali.
Senja itu, seorang bidadari sudah kembali di tempat terbaiknya
Bergabung dengan bidadari-bidadari surga lainnya.
Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al Waqiah: 22). Pelupuk mata
bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi
cantik jelita. (Ar Rahman: 70). Suara Mamak berkata lembut saat kisah itu diceritakan
pertama kali terngiang di langit-langit ruangan: bidadari-bidadari surga, seolah-olah
adalah telur yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49)....
Bg Darwis 'Tere-Liye', Mbak Riski dan Pasai
Kecintaanku pada novel kian bertambah ketika
membaca novel Bidadari-Bidadari Surga. Novel karya Darwis 'Tere-Liye' yang
menerbangkan kita pada imajinasi yang luar biasa, berpendar menuju cakrawala
yang entah di mana,,, meski melayang jauh, terasa begitu dekat dan meresap di
dalam hati. Dipenuhi pesan moral kehidupan yang juga Luar Biasa.
Aku berkali-kali mengusap ujung mataku ketika
membaca novel ini. Tadinya ingin menangis hebat, tapi berhubung aku baca
novelnya di Kantor jadi kutahan tangisku yang sebenarnya sudah sangat
menggenang di pelupuk mataku. Biar ga malu... hehehehe...
Membaca novel ini membuatku penasaran pada
karya-karya lain Darwis 'Tere-Liye',,, sepertinya semua karyanya menarik.. dan
membuat aku terhipnotis untuk ikut menulis.
Pada sebuah artikel blog aku juga pernah membaca, dalam sebuah worksop menulis, Bg Darwis pernah membagi tips dan poin penting dalam menulis, sebagaimana yang dirangkum dalam ringkasan dibawah ini:
- Ide cerita
Ide cerita merupakan salah satu poin penting
dalam penulisan novel, namun ide yang baik selalu lahir dari sudut pandang yang
spesial. “Ide itu tidak ada yang jelek. Pada dasarnya ide itu sama, hanya saja
yang membuat ia menjadi spesial ketika penulis melihat dari sudut pandang yang
spesial,” ujarnya.
- Amunisi
Seorang penulis, khususnya penulis novel
haruslah memiliki amunisi yang cukup untuk menyelesaikan “proyek” novel yang
telah digarap. Amunisi yang dimaksud Tere adalah kapasitas pengetahuan sang
penulis. Lantas bagaimana cara meningkatkan kapasitas pengetahuan? “Ya membaca dong,
tidak hanya di buku-buku, sekarang kan sudah ada internet, berita televisi,
radio, dan sebagainya. Maksimalkan dari situ,” tuturnya.
- Tidak ada tulisan yang baik, tidak ada tulisan yang buruk
“Sebutkan satu judul karya yang buruk dan
sebutkan satu judul karya yang baik beserta alasannya!” instruksi Tere kepada
peserta. Tere menjelaskan tentang status tulisan, pada dasarnya tidak ada yang
sangat baik dan tidak ada tulisan yang sangat buruk. Bagus tidaknya tulisan
menurutnya adalah relatif, tidak ada karya yang terlepas dari kritik pedas.
Oleh sebab itu, jangan pernah malu dan takut
untuk memublikasikan karyamu, karena penulis yang baik adalah penulis yang mau
menerima kritikan dan memperbaiki setiap kesalahan.
- Mulailah dari tulisan kecil
Tere menyarankan kepada setiap penulis pemula
untuk “awaliah” (pembuka tulisan, -red) sebuah tulisan, “Mulailah dari
tulisan kecil, pendek tapi bertenaga, sederhana tapi bermanfaat,” ungkapnya.
Banyak penulis yang mengeluh dalam memulai
menulis. Tere berpendapat, tidak penting dimulai dari mana, cukup ditulis saja.
”Jika susah menulis paragraf pertama, mulai saja dengan paragraf kedua.
Paragraf pertama dikosongkan saja,” candanya.
- Mood jelek adalah anugerah
Adalah hal yang lumrah, ketika seorang penulis
dihinggapi oleh mood (perasaan, -red) jelek atau tidak mood.
Namun mood yang terus-terusan jelek adalah sebuah masalah. “Mood
jelek adalah anugerah, namun ketika mood terus-terusan jelek adalah
masalah,” ungkapnya. Cara untuk menghadapi mood yang jelek adalah terus
berlatih.”Tidak ada solusi selain berlatih, berlatih, dan berlatih,” tutur
Tere.
Berlatih yang dimaksud adalah dengan tidak
berhenti untuk menulis. Tere menyarankan kepada setiap penulis untuk menulis
1.000 kata per hari. Hal tersebut dimaksudkan untuk membuat seorang penulis
terbiasa dan “efek samping” dari kegiatan itu adalah menurunnya kadar mood
jelek yang biasa terjadi.
- Pantang menyerah
Setelah penulis selesai mengerjakan sebuah
novel, kini saatnya ia mengirimkan karya tersebut kepada penerbit. “Setelah
diselesaikan, langsung dikirim ke penerbit.” Ia menyarankan untuk mengirimkan
karya ke penerbit ternama di tanah air, seperti Gramedia Pustaka Utama,
Mizan, Republika, dan sebagainya. Setelah karya dikirim, secepatnya dua
minggu, penerbit yang dituju menjawab. Jangan menyerah ketika penerbit tidak
bersedia menerbitkan karyamu. “Hafalan Sholat Delisa sendiri sempat ditolak
oleh dua penerbit besar Indonesia, namun teruslah mencoba. Sampai ketika novel
tersebut diterbitkan oleh Republika, penerbit yang tadi menolak karya
saya meminta untuk mengirimkan karya saya,” ujarnya lagi.
Kesimpulannya, apapun motivasi menulismu, yang
terbaik adalah penulis yang menganggap menulis itu teman sejatinya yang selalu
menemani saat kesepian, kerinduan, dan segala asa dan rasa...
Yukkk mulai nulis dari sekarang,,,, dimulai
dari satu kata.... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
b, i, a